Bahaya (hazard) adalah faktor
intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pada barang ataupun suatu kegiatan
maupun kondisi), misalnya pestisida yang ada pada sayuran ataupun panas yang
keluar dari mesin pesawat. Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa
menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila tidak ada kontak (exposure)
dengan manusia. Sebagai contoh, panas yang keluar dari mesin pesawat tidak akan
menimbulkan kecelakaan jika kita tidak menyentuhnya. Proses kontak antara
bahaya dengan manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
- Manusia
yang menghampiri bahaya.
- Bahaya
yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
- Manusia
dan bahaya saling menghampiri.
Berdasarkan jenisnya, bahaya dapat diklasifikasikan
atas:
1. Primary Hazards
- Bahaya
fisik,
misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik.
- Bahaya
kimia,
misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti antiseptik,
aerosol, insektisida, dan lain-lain.
- Bahaya
biologi,
misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada di lingkungan
kerja seperti virus dan bakteri.
- Bahaya
psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi
dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja
yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang
melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan
kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya
Secara lebih rinci faktor yang
berkaitan dengan aspek sosial psikologis tampak pada tabel berikut:
Kategori
|
Kondisi yang menggambarkan bahaya
|
|
Context to work
|
Fungsi dan budaya organisasi
|
Komunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk
pemecahan masalah dan pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap
tujuan organisasi
|
Peran dalam organisasi
|
Ambiguitas dan konflik peran, tanggung jawab
terhadap orang lain
|
Pengembangan karir
|
Ketidakpastian dan stagnasi karir, underpromotion
atau overpromotion, insentif yang buruk, rendahnya nilai sosial
terhadap pekerjaan
|
Latitude keputusan/ pengendalian
|
Partisipasi yang rendah pada pembuatan keputusan,
kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan (pengendalian, khususnya pada
bentuk partisipasi, termasuk juga konteks dan wider organizational issue)
|
Hubungan interpersonal pada pekerjaan
|
Isolasi sosial atau fisik, buruknya hubungan dengan
atasan, konflik interpersonal, kurangnya dukungan sosial
|
Home-work interface
|
Konflik demand of work and home, dukungan
rendah dari rumah, masalah dualisme karir
|
Lingkungan kerja dan perlengkapan kerja
|
Masalah yang berkaitan dengan reliabilitas,
ketersediaan, kesesuaian, serta pemeliharaan atau perbaikan terhadap
peralatan dan fasilitas
|
Desain tugas
|
Kurangnya keragaman dari siklus singkat kerja, fragmented
atau meaningless work, underuse of skills, tingginya ketidakpastian
|
Beban kerja/ workpace
|
Beban kerja lebih atau kurang, kurangnya
pengendalian terhadap over pacing, tingginya tingkat tekanan waktu
|
Jadwal kerja
|
Waktu gilir kerja, jadwal pekerjaan yang tidak
fleksibel, waktu kerja yang tidak dapat diprediksi, waktu yang panjang atau unsocial
|
Klasifikasi bahaya primer (primary hazards)
menurut jenisnya tersebut membawa juga pengertian mengenai sumber bahaya yang
dapat kita bagi atas:
- Manusiadengan
segala karakteristiknya baik secara badani (fisik tubuh), mental,
pengetahuan, keterampilan dan yang lainnya.
- Peralatan yang
disainnya tidak tepat, kualiasnya mudah rusak ataupun kurang terawat, dan
lain-lain.
- Material/
bahan yang
secara kimiawi misalnya mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi, dan
lain-lain.
- Lingkungan tempat
berlangsungnya pekerjaan yang kurang memadai, seperti sempit, kotor,
licin, dan lain-lain
2. Secondary hazard (bahaya
sekunder)
Secondary hazard atau
disebut juga bahaya sekunder adalah bahaya yang muncul sebagai akibat
terjadinya interaksi antara komponen-komponen pekerjaan (yang juga bisa
berfungsi sebagai sumber primary hazard). Interaksi ini sering kita
sebut sebagai pekerjaan/ sistem kerja.
0 Comments